Idenya sederhana, mengubah lahan sampah (brown/black) menjadi green. Sedikit diskripsi mengenai kampung jawa di kota banda aceh. Kampung ini adalah kampungnya para pemulung, letaknya disamping TPA. Kelihtannya tidak logis jika dikota yang lumayan seperti kota banda aceh terdapat perkampungan kumuh seperti ini, seperti jakarta saja. Bahkan tak banyak penduduk banda aceh yang tau keadaan kampung jawa.
statistik
Minggu, 28 Oktober 2012
KAPUNG JAWA, sebagai pusat wisata edukasi teknologi, industri kreatif dan agriculture
Hanya sebuah ide konseptual, tugas pertama mata kuliah "Lansekap Kota". Alhamdulillah site yang aku pilih menjadi salah satu objek tugas besar mata kuliah tersebut. Lahannya terlampau luas, mencapai 54 Ha. Mungkin saat perancangannya akan dikecilkan lagi.
Idenya sederhana, mengubah lahan sampah (brown/black) menjadi green. Sedikit diskripsi mengenai kampung jawa di kota banda aceh. Kampung ini adalah kampungnya para pemulung, letaknya disamping TPA. Kelihtannya tidak logis jika dikota yang lumayan seperti kota banda aceh terdapat perkampungan kumuh seperti ini, seperti jakarta saja. Bahkan tak banyak penduduk banda aceh yang tau keadaan kampung jawa.
Idenya sederhana, mengubah lahan sampah (brown/black) menjadi green. Sedikit diskripsi mengenai kampung jawa di kota banda aceh. Kampung ini adalah kampungnya para pemulung, letaknya disamping TPA. Kelihtannya tidak logis jika dikota yang lumayan seperti kota banda aceh terdapat perkampungan kumuh seperti ini, seperti jakarta saja. Bahkan tak banyak penduduk banda aceh yang tau keadaan kampung jawa.
Sabtu, 27 Oktober 2012
SAYEMBARA DESAIN BUNDARAN AIR MANCUR
Sayembara ke lima, disain yang sangat buru-buru. Tiba-tiba kog jadi sok sibuk ya?, ga sempat ngapa-ngapain. jadinya gini deh. Aku mengikuti 2 tim, dan dua-dunya tidak maksimal. sama seperti biasya. sudah seperti tradisi/budaya jika belum kepepet belum ada tindakan.
Awalnya ini adalah disain tugu meurudu eksplorasi pak Masdar, konsepnya seperti gunung, vertikal sebagai Hablumminallah, dan horizontal sebagai sebagai hablumminannas. Karena lokasi bundaran air ini di semarang, maka diganti saja menjadi "tumpeng" yang lekat dengan tradisi jawa. puncaknya adalah batik semarang. Sayangnya 3D tidak maksimal, bayangkan jika ada berkas cahaya batik dari puncaknya itu, menyinari kedalam runag galeri dibawahnya. Tugu ini lahannya lumayan luas. sayang jika hanya difungsikan sebagai element estetika saja, maka timbulah ide membuat runag galeri dibawahnya. sekaligus dibuat sirkulasi silang dari bawah tanah, sehinggatidak perlu khawatir kendaraan jika hendak ke galery, sekalian sebagai fasilitas menyebrang jalan.
Ini disain yang kedua, POHON. idenya sama saja, bundaran yang fungsional sebagai galery. yang berbeda adalah tumpeng diganti dengan pohon asam jawa, kenapa asam jawa?, karena akarnya tidak terlalu banyak. dapat menyerap polusi, teduh namun tidak seperti pohon mangga atau jambu, yang mana orang2 akan berebutan kala musimnya, bahayakan?,, hehe ^^
kenapa pohon?, karena dimana ada pohon biasanya cenderung ada aktivitas manusia. Saya pernah melihat ada pohon yang posisinya dekat dengan halte. Tapi kog haltenya kosong ya?, ternyata orang-orang lebih memilih menunggu angkutan umum di bawah pohon ketimbang di halte. tapi hati-hati jika ada polantas yang galak.
Tim desain :
Masdar Djamaludin
Istiqamah
Ryan Fahreza
Ade Setiawan
Awalnya ini adalah disain tugu meurudu eksplorasi pak Masdar, konsepnya seperti gunung, vertikal sebagai Hablumminallah, dan horizontal sebagai sebagai hablumminannas. Karena lokasi bundaran air ini di semarang, maka diganti saja menjadi "tumpeng" yang lekat dengan tradisi jawa. puncaknya adalah batik semarang. Sayangnya 3D tidak maksimal, bayangkan jika ada berkas cahaya batik dari puncaknya itu, menyinari kedalam runag galeri dibawahnya. Tugu ini lahannya lumayan luas. sayang jika hanya difungsikan sebagai element estetika saja, maka timbulah ide membuat runag galeri dibawahnya. sekaligus dibuat sirkulasi silang dari bawah tanah, sehinggatidak perlu khawatir kendaraan jika hendak ke galery, sekalian sebagai fasilitas menyebrang jalan.
Ini disain yang kedua, POHON. idenya sama saja, bundaran yang fungsional sebagai galery. yang berbeda adalah tumpeng diganti dengan pohon asam jawa, kenapa asam jawa?, karena akarnya tidak terlalu banyak. dapat menyerap polusi, teduh namun tidak seperti pohon mangga atau jambu, yang mana orang2 akan berebutan kala musimnya, bahayakan?,, hehe ^^
kenapa pohon?, karena dimana ada pohon biasanya cenderung ada aktivitas manusia. Saya pernah melihat ada pohon yang posisinya dekat dengan halte. Tapi kog haltenya kosong ya?, ternyata orang-orang lebih memilih menunggu angkutan umum di bawah pohon ketimbang di halte. tapi hati-hati jika ada polantas yang galak.
Tim desain :
Masdar Djamaludin
Istiqamah
Ryan Fahreza
Ade Setiawan
Laras Award 2012
Sayembara Keempat, "Laras Award 2012". Ide kompetisi ini berasal dari teman sejoli yang berkat pengajuan makalahnya berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi Unsyiah, kak Fitria Larasati. Nah, Kebetulan telah memiliki proposal berupa penelitian singkat, sayang juga jika tidak ada disainnya. Nah, Aku dan Pak Masdar Djamaludin berencana ingin ikut Laras Award 2012, pas banget, temanya "Spirit Etnic dan Green Arsitektur Nusantara". jadinya kami menginterpetasikan hasil penelitian tersebut kedalam sebuah disain rumah panggung sebagai ruang komunal, yang detailnya dapat dilihat di porto polio berikut :
Tim Desain :
Masdar Djamaludin,ST
Fitria Larasati
Istiqamah
'Aziyyati Himida
Tim Desain :
Masdar Djamaludin,ST
Fitria Larasati
Istiqamah
'Aziyyati Himida
"Sayembara Amal 1000 Desain Masjid Minangkabau"
Ini adalah kompetisi yang ke tiga, tapi ini bukan kompetisi, ini sayembara amal, yaitu "Sayembara Amal 1000 Desain Masjid Minangkabau". Ada banyak sekali alternatif, ide, dan eksplorasi bersama teman setim saat mendisain ini. Ditengah kegalauan kami yang untungnya dikejar deadline, alhasil inilah yang terjadi.
Masjid Al-hijab. Tapak iconik dengan kerangkengnya. Kerangkeng yang melindungi, dan membatasi area suci dan tidak suci dalam sebuah ruang transisi.
Masjid Al-hijab. Tapak iconik dengan kerangkengnya. Kerangkeng yang melindungi, dan membatasi area suci dan tidak suci dalam sebuah ruang transisi.
Eco House Design Competition 3
Ini adalah kompetisi keduaku, semester 6 ini aku sangat jenuh dengan studio kampus, disatu sisi memang malas, disisi lain memang merasa tak mampu. Bukan bermaksud sombong, saat itu aku masih punya kesempatan untuk lulus dengan predikat cumloude. Tapi untuk apa, toh kemampuanku masih sangat kurang, modal rajin doang. Karena itu, aku memberanikan diri untuk membatalkan krs mata kuliah studio perancangan arsitektur 5. Banyak yang bertanya-tanya, seperti tidak logis jika aku secara tiba-tiba berani membatalkan spa 5. Maklum, aku dianggap salah satu makhluk yag paling rajin kuliah.
Tapi itulah pilihan. Sampai saat ini aku sama sekali belum menyesal atas pembatalan itu. Karena dengan membatalkan studio perancangan tersebut aku jadi lebih bebas menapaki jejak, mempelajari arsitektur, yang tidak terkukung dalam sebuah sisitem ruang studio yang ketat, saking ketatnya mahasiswa tidak bebas berekspresi, studio yang mahasiswanya dipenuhi rasa takut.
Pak Masdar Djamaludin, lagi-lagi beliau menyemangatiku dengan gurauan memanas-manasi, "Udah.. pindah aja ke studio sayembara", akhirnya, akupun mengikuti sebuah sayembara "Eco House Design Competition 3", yang diselenggakan oleh UGM. Saat itu waktunya sudah mepet, 2 minggu lagi, dengan TOR yang sangat rinci, bahkan aku belum membentuk tim. Tapi Alhamdulillah, Pak Masdar banyak membantu dalam kompetisi yang satu ini, dari pengembangan konsep sampai 3Dnya, tak heran kali ini dapat juara 3, hehe..^^
Tim Desain :
Masdar Djamaludin, ST
Istiqamah
Rahmatunnisak
Muksalmina
Iwan Kurnia
Tapi itulah pilihan. Sampai saat ini aku sama sekali belum menyesal atas pembatalan itu. Karena dengan membatalkan studio perancangan tersebut aku jadi lebih bebas menapaki jejak, mempelajari arsitektur, yang tidak terkukung dalam sebuah sisitem ruang studio yang ketat, saking ketatnya mahasiswa tidak bebas berekspresi, studio yang mahasiswanya dipenuhi rasa takut.
Pak Masdar Djamaludin, lagi-lagi beliau menyemangatiku dengan gurauan memanas-manasi, "Udah.. pindah aja ke studio sayembara", akhirnya, akupun mengikuti sebuah sayembara "Eco House Design Competition 3", yang diselenggakan oleh UGM. Saat itu waktunya sudah mepet, 2 minggu lagi, dengan TOR yang sangat rinci, bahkan aku belum membentuk tim. Tapi Alhamdulillah, Pak Masdar banyak membantu dalam kompetisi yang satu ini, dari pengembangan konsep sampai 3Dnya, tak heran kali ini dapat juara 3, hehe..^^
Tim Desain :
Masdar Djamaludin, ST
Istiqamah
Rahmatunnisak
Muksalmina
Iwan Kurnia
ARCHFEST 2012 "SHELTER BAGI KAUM MARJINAL"
Ini adalah pengalaman pertamaku berkompetisi. Melalui sayembara. Dimulai dari yang paling dasar, paling awal, saat hunian hanya sekedar kebutuhan, hanya sekedar naungan, belum merambah pada keinginan-keinginan. Shelter.
Aku harap walaupun dari yang paling awal, paling dasar, paling kecil, tapi sama sekali tidak menuurunkan semangatku untuk berkompetisi. Dikampusku, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengikuti sayembara adalah hal yang tabu. Tak banyak yang berminat, bahkan tak banyak yang tau. Beruntung aku dekat dengan seorang dosen bernama Pak Masdar Djamaludin, beliau yang membimbing kami, mesuport kami para komunitas kecil di kampus untuk terus berkompetisi melalui sayembara. Bahkan, sayembara jauh lebih penting dari tugas-tugas studio perancangan arsitektur di kampus kami yang seperti menjemukan. Itu benar, setidaknya untukku, buktinya aku merasa lebih banyak belajar dan lebih banyak tau setelah mengikuti beberapa kompetisi. Walau tak menang, bagiku berkompetisi adalah ajang melatih sense, kepiawaian dalam merancang, sebuah sarana belajar yang sangat mengasyikkan.
ya, sama seperti tugas kuliah pengantar arsitektur saat aku mulai masuk kuliah. Berpanas-panas hanya untuk membuat shelter. Pengalaman awal yang paling berkesan. Pengalaman awal meruang bahkan menciptakan ruang, untuk sendiri, tubuh sendiri, gerak sendiri. Saat itu aku masih terlalu lugu. Belum paham arsitektur, belum menghayati, maka tak masuk ke hati. Shelter yang aku buat hanya berdasarkan pengalaman pramukaku dahulu saat persami.
status: competition entry
project deadline: Juni 2012
competition organizer: Universitas Kristen Petra
Aku harap walaupun dari yang paling awal, paling dasar, paling kecil, tapi sama sekali tidak menuurunkan semangatku untuk berkompetisi. Dikampusku, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengikuti sayembara adalah hal yang tabu. Tak banyak yang berminat, bahkan tak banyak yang tau. Beruntung aku dekat dengan seorang dosen bernama Pak Masdar Djamaludin, beliau yang membimbing kami, mesuport kami para komunitas kecil di kampus untuk terus berkompetisi melalui sayembara. Bahkan, sayembara jauh lebih penting dari tugas-tugas studio perancangan arsitektur di kampus kami yang seperti menjemukan. Itu benar, setidaknya untukku, buktinya aku merasa lebih banyak belajar dan lebih banyak tau setelah mengikuti beberapa kompetisi. Walau tak menang, bagiku berkompetisi adalah ajang melatih sense, kepiawaian dalam merancang, sebuah sarana belajar yang sangat mengasyikkan.
ya, sama seperti tugas kuliah pengantar arsitektur saat aku mulai masuk kuliah. Berpanas-panas hanya untuk membuat shelter. Pengalaman awal yang paling berkesan. Pengalaman awal meruang bahkan menciptakan ruang, untuk sendiri, tubuh sendiri, gerak sendiri. Saat itu aku masih terlalu lugu. Belum paham arsitektur, belum menghayati, maka tak masuk ke hati. Shelter yang aku buat hanya berdasarkan pengalaman pramukaku dahulu saat persami.
team desain:
1.Iwan Kunia
2.Rahmatunnisak
3.Istiqamah
4.Fakinah Nailan Edward
3.Istiqamah
4.Fakinah Nailan Edward
status: competition entry
project deadline: Juni 2012
competition organizer: Universitas Kristen Petra
juri :
1. Ir. Eko Prawoto, M.Arch, IAI | |
2. Antonio Ismail, M.Arch | |
3. Prof. Ir. Lilianny S Arifin, MSc, Ph.D |
Langganan:
Postingan (Atom)